Teman
teman mari kita belajar RELASI DAN FUNGSI.
Relasi
Relasi
biner antara A dan B adalah himpunan bagian dari A×B.
R
⊆
(A×B) dibaca R subset A×B.
A
= daerah asal (domain)
B
= daerah hasil (range atau codomain)
Ingat
perkalian kartesian:
A×B={(a,b)| a∈A ⋀ b∈B}
Contoh:
A={Ali,
Ani} B={MTK, IPS, IPA}
R=relasi
yang menyatakan matakuliah yang diambil oleh mahasiswa.
Jumlah
pasangan terurut yang mungkin |A×B|=2×3=6
Misalkan
R={(Ali,MTK), (Ani,IPA), (Ani,MTK)}
Dapat
dilihat bahwa R⊆(A×B)
dan |R|=3.
·
Penyajian
Relasi dengan Diagram Panah:
·
Penyajian
Relasi dengan Tabel
Kolom
pertama tabel menyatakan daerah asal, sedangkan kolom kedua menyatakan daerah
hasil.
A
|
B
|
Ali
|
MTK
|
Ani
|
MTK
|
Ani
|
IPA
|
·
Penyajian
Relasi dengan Matriks
Misalkan
R adalah relasi dari A = {a1, a2, …, am} dan B = {b1, b2, …, bn}. Relasi R
dapat disajikan dengan matriks M = [mij]
dalam hal ini :
dapat
dinyatakan dengan matriks:
Dalam
hal ini a1=Ali, a2=Ani, b1=MTK, b2=IPA, b3=IPS.
·
Penyajian
Relasi dengan Graft Berarah
o
Relasi pada
sebuah himpunan dapat direpresentasikan secara grafis dengan graf berarah
(directed graph atau digraph)
o
Graf berarah
tidak didefinisikan untuk merepresentasikan relasi dari suatu himpunan ke
himpunan lain.
o
Tiap elemen
himpunan dinyatakan dengan sebuah titik (disebut juga simpul atau vertex), dan
tiap pasangan terurut dinyatakan dengan busur (arc)
o
Jika (a, b) Î R, maka sebuah busur dibuat dari simpul a ke simpul b. Simpul a
disebut simpul asal (initial vertex) dan simpul b disebut simpul tujuan
(terminal vertex).
o
Pasangan
terurut (a, a) dinyatakan dengan busur dari simpul a ke simpul a sendiri. Busur
semacam itu disebut gelang atau kalang (loop).
Misalkan
R = {(a, a), (a, b), (b, a), (b, c), (b, d), (c, a), (c, d), (d, b)} adalah
relasi pada himpunan {a, b, c, d}.
Sifat
Sifat Relasi
·
Sifat Reflekatif :
Misalkan R sebuah relasi yang didefinisikan pada himpunan P. Relasi R
dikatakan bersifat refleksif jika untuk p € P berlaku (p,p) € R.
Contoh : Diberikan Himpunan P = {1,2,3}. Didefinisikan relasi R pada himpunan P dengan hasil adalah himpunan S = {(1,1), (1,2), (2,2), (2,3), (3,3), (3,2)}. Relasi R tersebut bersifat reflektif sebab setiap angggota himpunan P berpasangan atau berelasi dengan dirinya sendiri.
Contoh : Diberikan Himpunan P = {1,2,3}. Didefinisikan relasi R pada himpunan P dengan hasil adalah himpunan S = {(1,1), (1,2), (2,2), (2,3), (3,3), (3,2)}. Relasi R tersebut bersifat reflektif sebab setiap angggota himpunan P berpasangan atau berelasi dengan dirinya sendiri.
·
Sifat Simetris :
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R dikatakan
bersifat simetris, apabila untuk setiap (x,y) € R berlaku (y,x) € R.
Contoh : Diberikan himpunan P ={1,2,3}. Didefinisikan relasi R pada himpunan P dengan R ={(1,1), (1,2), (1,3), (2,2), (2,1), (3,1), (3,3)}. Relasi R tersebut bersifat simetris untuk setiap (x,y) € R, berlaku (y,x) € R.
Contoh : Diberikan himpunan P ={1,2,3}. Didefinisikan relasi R pada himpunan P dengan R ={(1,1), (1,2), (1,3), (2,2), (2,1), (3,1), (3,3)}. Relasi R tersebut bersifat simetris untuk setiap (x,y) € R, berlaku (y,x) € R.
·
Sifat Transitif :
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R bersifat
Transitif, apabila untuk setiap (x,y) € R dan (y,z) € R maka berlaku (x,z) € R.
Contoh : Diberikan himpunan P ={1,2,3}. Didefinisikan relasi pada himpunan P dengan hasil relasi adalah himpunan R= {(1,1), (1,2), (1,3), (2,2), (2,1), (3,1), (3,3)}. Relasi R tersebut bersifat Transitif sebab (x,y) € R din (y,z) € R berlaku (x,z) € R.
Contoh : Diberikan himpunan P ={1,2,3}. Didefinisikan relasi pada himpunan P dengan hasil relasi adalah himpunan R= {(1,1), (1,2), (1,3), (2,2), (2,1), (3,1), (3,3)}. Relasi R tersebut bersifat Transitif sebab (x,y) € R din (y,z) € R berlaku (x,z) € R.
·
Sifat Antisimetris
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R dikatakan
bersifat antisimetris, apabila untuk setiap (x,y) € R dan (y,x) € R berlaku x=y.
Contoh : Diberikan himpunan C = {2,4,5}. Didefinisikan relasi R pada himpunan C dengan R = {(a,b) € a kelipatan b, ab € C} sehingga diperoleh R = {(2,2), (4,4), (5,5), (4,2)}. Relasi R tersebut bersifat antisimetris.
Contoh : Diberikan himpunan C = {2,4,5}. Didefinisikan relasi R pada himpunan C dengan R = {(a,b) € a kelipatan b, ab € C} sehingga diperoleh R = {(2,2), (4,4), (5,5), (4,2)}. Relasi R tersebut bersifat antisimetris.
·
Sifat Ekuivalensi
R disebut equivalence relation jika bersifat: reflexive, symmetric, dan
transitive. Contoh: R={(x,y)| x,y∈Mahasiswa ⋀ (x seangkatan dengan
y)}
·
Sifat Pengurutan
Parsial (partial ordering relation)
R disebut partial ordering relation jika bersifat: reflexive, antisymmetric,
dan transitive. Contoh: R={(x,y) | x,y ∈ Z ⋀ x ≤ y}
Fungsi
·
Misalkan A
dan B himpunan.
·
Relasi biner
f dari A ke B merupakan suatu fungsi jika setiap elemen di dalam A dihubungkan
dengan tepat satu elemen di dalam B.
·
Jika f adalah
fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A
→ B yang artinya f memetakan A ke B.
·
A disebut
daerah asal (domain) dari f dan B disebut daerah hasil (codomain) dari f.
·
Nama lain
untuk fungsi adalah pemetaan atau transformasi.
·
Kita
menuliskan f(a) = b jika elemen a di dalam A dihubungkan dengan elemen b di
dalam B.
·
Jika f(a) =
b, maka b dinamakan bayangan (image) dari a dan a dinamakan pra-bayangan
(pre-image) dari b.
·
Himpunan yang
berisi semua nilai pemetaan f disebut jelajah (range) dari f. Perhatikan bahwa
jelajah dari f adalah himpunan bagian (mungkin proper subset) dari B.
Sifat- Sifat Fungsi
1.
Fungsi Into
Fungsi f
: A → B disebut Into jika ada anggota B tidak mempunyai pasangan dengan anggota
A.
2. Fungsi Onto ( Surjektif )
Fungsi f : A → B
disebut onto jika setiap anggota B mempunyai pasangan anggota A. Sehingga
berlaku f(a) = b. Dengan kata lain, suatu
kodomain fungsi surjektif sama dengan kisarannya (range).
3. Fungsi Satu-Satu ( Injektif )
Misalkan fungsi f menyatakan A ke B maka fungsi f disebut suatu fungsi
satu-satu (injektif), apabila setiap dua elemen yang berlainan di A akan
dipetakan pada dua elemen yang berbeda di B. Selanjutnya secara singkat dapat
dikatakan bahwa f : A→B adalah fungsi injektif . ( Untuk anggota B yang mempunyai pasangan
dengan Anggota A, pasangan tersebut hanya satu ).
4.
Fungsi Korespondensi Satu-satu ( Bijektif )
Fungsi f : A → B
disebut korespondensi
satu-satu jika fungsi tersebut injektif dan sekaligus
surjektif.
Komentar
Posting Komentar