Rangkian Listrik Kompleks
Carilah Nilai I ?
Jawab:
Bila kita melihat resistor R1, R2, dan R3 sebagai suatu rangkaian Δ (pada
rumus berturut-turut Rab, Rac, dan Rbc) dan ingin menggantinya dengan rangkaian Y, kita bisa mengubah
rangkaian jembatan ini menjadi rangkaian yang lebih sederhana yaitu rangkaian
seri-paralel:
Sekarang kita telah mendapatkan rangkaian yang lebih sederhana. Kita bisa
menganalisa rangkaian ini menggunakan aturan seri-paralel:
Serikan rangkaian RB dan R4 serta rangkaian Rc dan R5
RS1 = RB + R4
= 2Ω + 3Ω = 5 Ω
RS2 = RC + R5
= 3Ω + 12Ω = 15 Ω
sehingga terbentuk rangkaian seperti ini:
Selanjutnya, hambatan RS1 dan RS2 di paralelkan
RS1// RS2 = RP =
Rp = = = 3 Ω
Dan terbentuk rangkaian seri seperti ini :
Dan rangkaian diatas dihitung secara seri menjadi RT
RT = RA + RP
= 6 + 3 = 9 Ω
Lalu, hitung I dengan menggunakan hukum Ohm
Elemen Rangkaian
Listrik
Elemen Aktif
Elemen aktif adalah elemen yang
menghasilkan energi, pada mata kuliah Rangkaian Listrik yang akan dibahas
pada elemen aktif adalah sumber tegangan dan sumber arus.
Arus Listrik
Arus Listrik merupakan perubahan muatan
terhadap waktu atau banyaknya muatan yang melintasi suatu luasan penampangan
tertentu dalam satu satuan waktu
Arah Arus
Listrik
Arah Arus Listrik searah dengan arah
pergerakan muatan positif atau berlawanan arah pergerakan muatan negatif.
contoh soal :
Tegangan
tegangan adalah kerja yang di lakukan
untuk menggerakan satu muatan(sebesar satu coloumb) pada elemen atau komponen
dari satu terminal/kutub ke terminal/kutub lainnya, atau pada kedua
terminal/kutub akan mempunyai beda potensial jika kita mnggerakan/ memindahkan
muatan sebesar satu coloumb dari satu terminal ke terminal lainnya.
Contoh :
Jika Arus 6 A, tentukan v jika elemen
menyerap daya 18 W ?
Jawaban :
Dik : I = 6 A
P =
18 W
Dit : V .... ?
V = P / I
= 18 / 6
= 3 Volt
Elemen menyerap daya jika ?
Arus positif meninggalkan terminal
positif
Elemen menyerap daya 18 W dan mengirim
daya sebesar -18 W
Elemen Pasif
Resistor
Sering juga disebut dengan tahanan, hambatan,
penghantar, atau resistansi dimana resistor mempunyai fungsi
sebagai penghambat arus, pembagi arus , dan pembagi tegangan.
Nilai resistor tergantung dari hambatan
jenis bahan resistor itu sendiri
(tergantung dari bahan pembuatnya), panjang dari resistor itu sendiri
dan luas penampang dari resistor itu sendiri.
Secara matematis :
R = ρ l A
dimana :
ρ = hambatan jenis
l = panjang dari resistor
A = luas penampang
Satuan dari resistor : Ohm ( Ω)
Jika suatu resistor dilewati oleh sebuah arus maka pada kedua ujung dari
resistor tersebut akan menimbulkan beda potensial atau tegangan. Hukum yang
didapat dari percobaan ini adalah: Hukum Ohm.
Mengenai pembahasan dari Hukum Ohm akan dibahas pada bab selanjutnya.
VR = IR
contoh :
Perhatikan gambar di
bawah ini! Dari gambar tersebut diketahui:
I = 9 A
R1 = 5 Ω
R2 = 2 Ω
R3 = 3 Ω
Tentukan beda
potensial yang dihubungkan pada rangkaian tersebut dan hitung kuat arus yang
mengalir pada masing-masing resistor!
Penyelesaian:
Diketahui:
R1 = 3 Ω
R2 = 4 Ω
R3 = 6 Ω
I = 9 A
Ditanya:
V = ... ? I1 = .
. . ? I2 = . . . ? I3 = . . . ?
Jawab:
Untuk mengerjakan soal
ini terlebih dahulu cari hambatan penggantinya, yaitu:
1/Rp =
1/R1 + 1/R2 +1/ R3
1/Rp = 1/3 Ω +
1/4 Ω + 1/6 Ω
1/Rp = 4/12 Ω
+ 3/12 Ω + 2/12 Ω
1/Rp = 9/12 Ω
Rp = 12 Ω /9
Besarnya tegangan
ditiap hambatan yang dirangkai pararel selalu sama, oleh karena itu besarnya
tegangan pada hambatan pengganti adalah:
V = I.Rs
V = 9 A. 12 Ω /9
V = 12 volt
Besarnya arus yang
melewati tiap-tiap hambatan yang dirangkai pararel besarnya berbeda-beda,
tergantung besar hambatannya. Maka,
I1 = V/R1
I1 = 12 V/3 Ω
I1 = 4 A
I2 = V/R2
I2 = 12 V/4 Ω
I2 = 3 A
I3 = V/R3
I3 = 12 V/6 Ω
I3 = 2 A
Jadi, besarnya
tegangan pada rangkaian pararel tersebut adalah 12 V, sedangkan kuat arus pada
masing-masing hambatan adalah 4 A, 3 A dan 2 A.
Konduktor
Sering juga disebut
dengan kondensator atau kapasitansi. Mempunyai
fungsi untuk membatasi arus DC yang mengalir pada kapasitor tersebut, dan
dapat menyimpan energi dalam bentuk medan listrik. Nilai suatu kapasitor
tergantung dari nilai permitivitas bahan pembuat kapasitor, luas penampang dari
kapsitor tersebut dan jarak antara dua keping penyusun dari kapasitor tersebut.
Secara matematis :
C = ε A/d
dimana : ε = permitivitas bahan
A = luas penampang bahan
d = jarak dua keping
Satuan dari kapasitor : Farad (F)
Jika sebuah kapasitor
dilewati oleh sebuah arus maka pada
kedua ujung kapaistor tersebut akan muncul beda potensial atau
tegangan, dimana secara matematis dinyatakan :
ic =C dvc/ dt
Contoh Soal :
Perhatikan gambar berikut, 3 buah
kapasitor X, Y dan Z disusun seperti gambar. Jika saklar S ditutup tentukan
:
a) Nilai kapasitas kapasitor pengganti rangkaian
b) Muatan yang tersimpan dalam rangkaian
a) Nilai kapasitas kapasitor pengganti rangkaian
b) Muatan yang tersimpan dalam rangkaian
Jawab :
a) Paralel antara kapasitor X dan Y
didapatkan kapasitor ekivalennya namakan Cxy :
Sekarang rangkaian menjadi lebih sederhana
yaitu terdiri dari Cxy yang diseri dengan Cz yang menghasilkan
kapasitas pengganti namakan Ctot :
b) Muatan yang tersimpan dalam rangkaian
namakan QtoT
INDUKTOR
Seringkali disebut sebagai
induktansi, lilitan, kumparan, atau belitan.
Pada induktor mempunyai sifat dapat menyimpan
energi dalam bentuk medan magnet.
Satuan dari induktor : Henry (H)
λ = LI
L = λ/I
v = dλ/dt = L di/dt
Contoh Soal :
Berdasarkan gambar contoh rangkaian Seri
Induktor diatas, diketahui bahwa nilai Induktor :
L1 = 100nH
L2 = 470nH
L3 = 30nH
Ltotal= ?
L2 = 470nH
L3 = 30nH
Ltotal= ?
Penyelesaiannya
Ltotal = L1 +
L2 + L3
Ltotal = 100nH + 470nH + 30nH
Ltotal = 600nH
Ltotal = 100nH + 470nH + 30nH
Ltotal = 600nH
HUKUM DASAR
Hukum
Ohm
yaitu Hukum dasar yang menyatakan hubungan
antara Arus Listrik (I), Tegangan (V) dan Hambatan (R). Hukum Ohm dalam bahasa
Inggris disebut dengan “Ohm’s Laws”. Hukum Ohm pertama kali diperkenalkan oleh
seorang fisikawan Jerman yang bernama Georg Simon Ohm (1789-1854) pada tahun
1825. Georg Simon Ohm mempublikasikan Hukum Ohm tersebut pada Paper yang
berjudul “The Galvanic Circuit Investigated Mathematically” pada tahun 1827.
Bunyi Hukum Ohm
Pada dasarnya, bunyi dari Hukum Ohm adalah
:
“Besar arus listrik (I) yang mengalir
melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan berbanding lurus dengan beda
potensial / tegangan (V) yang diterapkan kepadanya dan berbanding terbalik
dengan hambatannya (R)”.
Secara Matematis, Hukum Ohm dapat
dirumuskan menjadi persamaan seperti dibawah ini :
V = I x R
I = V / R
R = V / I
Dimana :
V = Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
I = Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
R = Resistance (Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω))
V = Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
I = Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
R = Resistance (Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω))
contoh Soal :
Jika di nilai Tegangan di Voltmeter (V)
adalah 12V dan nilai Arus Listrik (I) di Amperemeter adalah 0.5A. Berapakah
nilai Resistansi pada Potensiometer ?
Masukan nilai Tegangan 12V dan Arus Listrik 0.5A kedalam Rumus Ohm seperti dibawah ini :
R = V / I
R = 12 /0.5
R = 24 Ohm
Maka nilai Resistansinya adalah 24 Ohm
Masukan nilai Tegangan 12V dan Arus Listrik 0.5A kedalam Rumus Ohm seperti dibawah ini :
R = V / I
R = 12 /0.5
R = 24 Ohm
Maka nilai Resistansinya adalah 24 Ohm
HUKUM Kirchhoff 1
Hukum Kirchhoff 1 merupakan Hukum
Kirchhoff yang berkaitan dengan dengan arah arus dalam menghadapi titik
percabangan. Hukum Kirchhoff 1 ini sering disebut juga dengan Hukum Arus
Kirchhoff atau Kirchhoff’s Current Law (KCL).
Bunyi Hukum Kirchhoff 1 adalah sebagai berikut :
Bunyi Hukum Kirchhoff 1 adalah sebagai berikut :
“Arus
Total yang masuk melalui suatu titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik
sama dengan arus total yang keluar dari titik percabangan tersebut.”
I1 + I2 +
I3 = I4 + I5 + I6
Contoh Soal
Dari rangkaian diatas, diketahui bahwa
I1 = 5A
I2 = 1A
I3 = 2A
I2 = 1A
I3 = 2A
Berapakah I4 (arus yang mengalir pada AB)
?
Penyelesaian
:
Dari
gambar rangkaian yang diberikan diatas, belum diketahui apakah arus I4 adalah
arus masuk atau keluar. Oleh karena itu, kita perlu membuat asumsi awal,
misalnya kita mengasumsikan arus pada I4 adalah arus keluar.
Jadi
arus yang masuk adalah :
I2 +
I3 =
1 + 2 = 3A
Arus
yang keluar adalah :
I1 + I4 = 5 + I4
3 = 5 + I4
I4 = 3 – 5
I4 = -2
I1 + I4 = 5 + I4
3 = 5 + I4
I4 = 3 – 5
I4 = -2
Karena
nilai yang didapatkan adalah nilai negatif, ini berbeda dengan asumsi kita
sebelumnya, berarti arus I4 yang sebenarnya adalah arus masuk.
HUKUM Kirchhoff 2
Hukum Kirchhoff 2
merupakan Hukum Kirchhoff yang digunakan untuk menganalisis tegangan
(beda potensial) komponen-komponen elektronika pada suatu rangkaian tertutup.
Hukum Kirchhoff 2 ini juga dikenal dengan sebutan Hukum Tegangan Kirchhoff
atau Kirchhoff’s Voltage Law (KVL).
Bunyi Hukum Kirchhoff
2 adalah sebagai berikut :
“Total Tegangan (beda potensial) pada suatu rangkaian
tertutup adalah nol”
Untuk lebih jelas mengenai Bunyi Hukum Kirchhoff 2
Berdasarkan Rangkaian diatas, dapat dirumuskan bahwa :
Vab + Vbc + Vcd + Vda = 0
Contoh Soal :
R1 = 10Ω
R2 = 20Ω
R3 = 40Ω
V1 = 10V
V2 = 20V
R2 = 20Ω
R3 = 40Ω
V1 = 10V
V2 = 20V
Berakah arus yang
melewati resistor R3 ?
Penyelesaian :
Di dalam rangkaian
tersebut, terdapat 3 percabangan, 2 titik, dan 2 loop bebas
(independent). Gunakan Hukum Kirchhoff I (Hukum Arus Kirchhoff) untuk
persamaan pada titik A dan titik B
Titik A
: I1 + I2 = I3
Titik B : I3 = I1 + I2
Titik B : I3 = I1 + I2
Gunakan Hukum
Kirchhoff II (Hukum Tegangan Kirchhoff) untuk Loop 1, Loop 2 dan Loop 3.
Loop 1
: 10 = R1 x I1 + R3 x I3 =
10I1 + 40I3
Loop 2 : 20 = R2 x I2 + R3 x I3 = 20I2 + 40I3
Loop 3 : 10 – 20 = 10I1 – 20I2
Loop 2 : 20 = R2 x I2 + R3 x I3 = 20I2 + 40I3
Loop 3 : 10 – 20 = 10I1 – 20I2
Seperti yang dikatakan
sebelumnya bahwa I3 adalah hasil dari penjumlahan I1 dan
I2, maka persamaannya dapat kita buat seperti dibawah ini :
Persamaan 1
: 10 = 10I1 + 40(I1 + I2)
= 50I1 + 40I2
Persamaan 2 : 20 = 20I2 + 40(I1 + I2) = 40I1 + 60I2
Persamaan 2 : 20 = 20I2 + 40(I1 + I2) = 40I1 + 60I2
Jadi saat ini kita
memiliki 2 persamaan, dari persamaan tersebut kita mendapatkan nilai I1 dan
I2sebagai berikut :
I1 =
-0.143 Ampere
I2 = +0.429 Ampere
I2 = +0.429 Ampere
Seperti yang diketahui
bahwa I3 = I1 + I2
Maka arus listrik yang mengalir pada R3 adalah -0.143 + 0.429 = 0.286 AmpereSedangkan Tegangan yang melewati R3 adalah 0.286 x 40 = 11.44 Volt
Maka arus listrik yang mengalir pada R3 adalah -0.143 + 0.429 = 0.286 AmpereSedangkan Tegangan yang melewati R3 adalah 0.286 x 40 = 11.44 Volt
Tanda Negatif (-) pada
arus I1 menandakan arah alir arus listrik yang
diasumsikan dalam rangkaian diatas adalah salah. Jadi arah alir arus listrik
seharusnya menuju ke V1, sehingga V2 (20V) melakukan
pengisian arus (charging) terhadap V1.
KONSEP DASAR
Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan
elemen atau komponen listrikyang saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu
dan paling sedikitmempunyai satu lintasan tertutup.
sungguh informatif terus lanjutkan karyanya mbak
BalasHapus